Bacalah artikel ini untuk mempelajari fakta-fakta penting, alasan, dan pengecualian hukum permintaan!

Dalam kehidupan kita sehari-hari, biasanya diamati bahwa penurunan harga suatu komoditas menyebabkan peningkatan permintaannya. Perilaku konsumen tersebut telah dirumuskan sebagai ‘Hukum Permintaan’.

Sumber Gambar: amptoons.com/blog/wp-content/uploads/2009/08/car_demand_graph.png

Hukum permintaan menyatakan hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta, menjaga faktor-faktor lain tetap konstan (ceteris paribus). Hukum ini juga dikenal sebagai ‘Hukum Pembelian Pertama’.

Asumsi Hukum permintaan:

Sementara menyatakan hukum permintaan, kita menggunakan ungkapan ‘menjaga faktor-faktor lain tetap konstan atau ceteris paribus’. Frasa ini digunakan untuk mencakup asumsi-asumsi berikut yang menjadi dasar hukum:

  1. Harga barang pengganti tidak berubah.
  2. Harga barang pelengkap tetap konstan.
  3. Pendapatan konsumen tetap.
  4. Tidak ada ekspektasi perubahan harga di masa mendatang.
  5. Selera dan preferensi konsumen tetap sama.

Hukum permintaan dapat lebih dipahami dengan bantuan Tabel 3.3 dan Gambar 3.3:

Tabel 3.3: Jadwal Permintaan:

Harga (dalam Rs.)

Kuantitas yang diminta (dalam satuan)

5

1

4

2

3

3

2

4

1

5

Tabel 3.3 dengan jelas menunjukkan bahwa semakin banyak unit komoditi yang diminta, ketika harga komoditi tersebut turun. Seperti terlihat pada Gambar 3.3, kurva permintaan DD miring ke bawah dari kiri ke kanan, menunjukkan hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta.

Mengapa Faktor Lain dijaga Konstan?

Kuantitas yang diminta dari suatu komoditas tergantung pada banyak faktor, selain harga komoditas yang diberikan. Jika kita ingin memahami pengaruh terpisah dari satu faktor, perlu, bahwa semua faktor lainnya tetap konstan. Oleh karena itu, saat membahas ‘Hukum Permintaan’, diasumsikan tidak ada perubahan pada faktor-faktor lain.

Fakta Penting tentang Hukum Permintaan:

1. Hubungan Terbalik:

Ini menyatakan hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta. Ini hanya menegaskan bahwa kenaikan harga akan cenderung mengurangi jumlah yang diminta dan penurunan harga akan menyebabkan kenaikan jumlah yang diminta.

2. Kualitatif, bukan Kuantitatif:

Itu membuat pernyataan kualitatif saja, yaitu menunjukkan arah perubahan jumlah yang diminta dan tidak menunjukkan besarnya perubahan.

3. Tidak Ada Hubungan Proporsional:

Itu tidak membangun hubungan proporsional antara perubahan harga dan perubahan permintaan yang dihasilkan. Jika harga naik 10%, kuantitas yang diminta dapat turun dengan proporsi berapa pun.

4. Satu Sisi:

Hukum permintaan satu sisi karena hanya menjelaskan pengaruh perubahan harga pada kuantitas yang diminta. Ini tidak menyatakan apa-apa tentang efek perubahan kuantitas yang diminta pada harga komoditas.

Penurunan ‘Hukum Permintaan’:

Menurut hukum permintaan, permintaan akan suatu komoditi naik dengan turunnya harga dan sebaliknya, menjaga faktor-faktor lain tetap. Hubungan terbalik antara harga dan permintaan seperti yang diberikan oleh Hukum permintaan, dapat diturunkan oleh: (i) ‘Utilitas Marginal’ = Kondisi Harga’; dan (ii) Hukum Utilitas Equi-Marginal.

Mari kita bahas keduanya secara rinci:

(i) Utilitas marjinal = Harga (Kondisi Ekuilibrium Komoditas Tunggal):

Menurut kondisi ekuilibrium komoditas tunggal, konsumen membeli barang sebanyak itu dengan utilitas marjinal (MU) sama dengan harga.

i. Saat MU lebih dari Harga:

Jika harga barang turun, maka MU lebih besar dari harga. Ini mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak. Ini menunjukkan bahwa ketika harga barang turun, permintaannya naik. Konsumen akan terus membeli lebih banyak sampai MU turun cukup untuk menjadi sama dengan harga lagi. Ini menunjukkan bahwa ketika harga turun permintaan naik.

  1. Saat MU kurang dari Harga:

Jika harga barang naik, maka MU lebih rendah dari harga. Sekarang konsumen akan mengurangi permintaan sampai UM naik sampai kembali menjadi sama dengan harga. Artinya ketika harga naik permintaan turun.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan terbalik antara harga dan permintaan.

(ii) Hukum Utilitas Equi-Marginal:

Menurut hukum ini, seorang konsumen akan mencapai ekuilibrium ketika ia membelanjakan pendapatannya yang terbatas sedemikian rupa sehingga rasio utilitas marjinal dan harganya masing-masing sama dan MU turun ketika konsumsi meningkat.

Dalam kasus dua barang (katakanlah, X dan Y), kondisi ekuilibrium akan dinyatakan sebagai:

MU X / P X = MU Y / P Y

i. Dalam kondisi ekuilibrium ini, jika harga komoditi X (P X ) turun, maka MU X / P X > MU Y / P Y . Dalam hal ini, konsumen mendapatkan lebih banyak utilitas marjinal per rupee untuk barang X dibandingkan dengan Y. Oleh karena itu, ia akan membeli lebih banyak barang X dan lebih sedikit barang Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika harga barang turun, lebih banyak barang tersebut menuntut. Konsumen akan terus membeli lebih banyak X hingga MU X / P X = MU Y / P Y.

  1. Demikian pula jika harga komoditi X (P X ) naik, maka MU X / P X < MU Y / P Y . Sekarang, konsumen mendapatkan lebih banyak utilitas marjinal per rupee untuk barang Y dibandingkan dengan X. Jadi, dia akan membeli lebih sedikit X dan lebih banyak Y. Artinya, permintaan suatu komoditas berbanding terbalik dengan harganya.

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara harga dan permintaan.

Alasan Hukum Permintaan:

Sekarang mari kita coba mengerti, mengapa berlaku hukum permintaan, yaitu mengapa seorang konsumen membeli lebih banyak dengan harga yang lebih rendah daripada dengan harga yang lebih tinggi.

Berbagai alasan berlakunya Hukum Permintaan adalah:

1. Hukum Pengurangan Utilitas Marjinal:

Hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang menyatakan bahwa semakin banyak unit barang yang kita konsumsi, utilitas yang diperoleh dari setiap unit berikutnya terus menurun. Jadi, permintaan suatu komoditas tergantung pada kegunaannya.

Jika konsumen mendapat kepuasan lebih, dia akan membayar lebih. Akibatnya, konsumen tidak akan bersedia membayar harga yang sama untuk tambahan unit komoditi. Konsumen akan membeli lebih banyak unit komoditas hanya ketika harganya turun.

Hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang dianggap sebagai alasan dasar untuk beroperasinya ‘Hukum Permintaan’.

2. Efek Pergantian:

Efek substitusi mengacu pada penggantian satu komoditas di tempat lain ketika menjadi relatif lebih murah. Ketika harga komoditas tertentu turun, ia menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan barang penggantinya (dengan asumsi tidak ada perubahan harga barang pengganti). Akibatnya, permintaan akan komoditas tertentu meningkat.

Misalnya, jika harga komoditas tertentu (katakanlah, Pepsi) turun, tanpa perubahan harga penggantinya (katakanlah, Coke), maka Pepsi akan menjadi relatif lebih murah dan akan digantikan dengan coke, yaitu permintaan Pepsi akan meningkat.

3. Efek Pendapatan:

Efek pendapatan mengacu pada efek pada permintaan ketika pendapatan riil konsumen berubah karena perubahan harga komoditas yang diberikan. Ketika harga komoditas tertentu turun, itu meningkatkan daya beli (pendapatan riil) konsumen. Akibatnya, dia dapat membeli lebih banyak komoditas yang diberikan dengan pendapatan uang yang sama.

Misalnya, misalkan Isha membeli 4 coklat @ Rs. 10 masing-masing dengan uang sakunya sebesar Rs. 40. Jika harga coklat turun menjadi Rs. masing-masing 8 buah, maka dengan penghasilan uang yang sama, Isha dapat membeli 5 buah coklat karena penghasilan riilnya bertambah.

‘Efek Harga’ adalah efek gabungan dari Efek Pendapatan dan Efek Substitusi. Secara simbolis: Efek Harga = Efek Pendapatan + Efek Substitusi. Untuk pembahasan detail tentang Efek Pendapatan dan Efek Substitusi, lihat Power Booster.

4. Pelanggan Tambahan:

Ketika harga suatu komoditas turun, banyak konsumen baru, yang sebelumnya tidak mampu membelinya karena harganya yang tinggi, mulai membelinya. Selain pelanggan baru, konsumen lama komoditas tersebut mulai menuntut lebih banyak karena harganya yang lebih murah.

Misalnya, jika harga paket keluarga es krim turun dari Rs. 100 menjadi Rp. 50 per bungkus, maka banyak konsumen yang tadinya tidak mampu membeli es krim kini dapat membelinya dengan harga yang lebih murah. Apalagi pelanggan lama es krim kini bisa mengonsumsi lebih banyak. Akibatnya, total permintaannya meningkat.

5. Kegunaan Berbeda:

Beberapa komoditas seperti susu, listrik, dll. memiliki beberapa kegunaan, beberapa di antaranya lebih penting daripada yang lain. Ketika harga barang semacam itu (misalnya, susu) meningkat, penggunaannya dibatasi untuk tujuan yang paling penting (misalnya, minum) dan permintaan untuk penggunaan yang kurang penting (seperti keju, mentega, dll.) berkurang. Akan tetapi, ketika harga komoditas semacam itu menurun, komoditas itu dimanfaatkan sepenuhnya, baik penting maupun tidak.

Pengecualian Hukum Permintaan:

Sebagai aturan umum, kurva permintaan miring ke bawah, menunjukkan hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta. Namun, dalam keadaan khusus tertentu, kebalikannya dapat terjadi, yaitu kenaikan harga dapat meningkatkan permintaan. Keadaan ini dikenal sebagai ‘Pengecualian terhadap Hukum Permintaan’.

Beberapa Pengecualian Penting adalah:

1. Barang Giffen:

Ini adalah jenis barang inferior khusus di mana konsumen membelanjakan sebagian besar pendapatannya dan permintaan mereka meningkat dengan kenaikan harga dan permintaan turun dengan penurunan harga. Misalnya, di negara kita, sering terlihat bahwa ketika harga sereal kasar seperti jowar dan bajra jatuh, konsumen cenderung membelanjakan lebih sedikit dan beralih ke sereal unggul seperti gandum dan beras. Fenomena ini, dikenal sebagai ‘Paradoks Giffen’ pertama kali diamati oleh Sir Robert Giffen.

2. Barang Simbol Status atau Barang Pamer:

Pengecualian berkaitan dengan barang prestise tertentu yang digunakan sebagai simbol status. Misalnya, berlian, emas, lukisan antik, dll. Dibeli karena prestise yang diberikan kepada pemiliknya. Ini diinginkan oleh orang kaya untuk prestise dan perbedaan. Semakin tinggi harga, semakin tinggi pula permintaan akan barang tersebut.

3. Takut Kekurangan:

Jika konsumen mengharapkan kekurangan atau kelangkaan komoditas tertentu dalam waktu dekat, maka mereka akan mulai membeli lebih banyak komoditas itu pada periode saat ini bahkan jika harganya naik. Permintaan konsumen lebih karena takut kenaikan harga lebih lanjut. Misalnya, selama keadaan darurat seperti perang, kelaparan, dll., konsumen menuntut barang bahkan dengan harga yang lebih tinggi karena takut kekurangan dan ketidakamanan umum.

4. Ketidaktahuan:

Konsumen dapat membeli lebih banyak komoditas dengan harga lebih tinggi ketika mereka tidak mengetahui harga komoditas yang berlaku di pasar.

5. Barang terkait mode:

Barang-barang yang berkaitan dengan fashion tidak mengikuti hukum permintaan dan permintaan mereka meningkat bahkan dengan kenaikan harga mereka. Misalnya, jika ada jenis pakaian tertentu yang sedang dalam mode, maka permintaan akan pakaian tersebut akan meningkat meskipun harganya naik.

6. Kebutuhan Hidup:

Pengecualian lain terjadi dalam penggunaan komoditas tersebut, yang menjadi kebutuhan hidup karena penggunaannya yang terus-menerus. Misalnya, komoditas seperti beras, gandum, garam, obat-obatan, dll dibeli meskipun harganya naik.

7. Perubahan Cuaca:

Dengan perubahan musim/cuaca, permintaan untuk komoditas tertentu juga berubah, terlepas dari perubahan harganya. Misalnya, permintaan payung meningkat di musim hujan bahkan dengan kenaikan harganya. Perlu dicatat bahwa dalam kondisi normal dan mengingat asumsi yang diberikan, ‘Hukum Permintaan’ dapat diterapkan secara universal.

JIKA DAN di Excel

JIKA DAN di Excel

Rumus JIKA DAN Excel Rumus IF AND excel adalah kombinasi dari dua fungsi logis berbeda yang sering disarangkan bersama yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi beberapa kondisi menggunakan fungsi AND. Berdasarkan output fungsi AND,…

Read more