Poin-poin berikut menyoroti enam langkah yang terlibat dalam peramalan kebutuhan modal kerja.

Langkah 1:

Pengumpulan informasi berikut yang mempengaruhi persyaratan modal kerja:

(a) Perkiraan produksi selama tahun tersebut.

(b) Perkiraan biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead per unit produksi.

(c) Periode di mana bahan baku akan tetap disimpan sebelum dikeluarkan untuk proses produksi.

(d) Lamanya waktu pemrosesan atau konversi dimana barang dalam proses harus disimpan dalam proses produksi.

(e) Periode di mana produk jadi akan tetap berada di gudang sebelum dijual.

(f) Jangka waktu kredit yang diberikan kepada debitur untuk penjualan kredit.

(g) Jangka waktu kredit yang diperbolehkan oleh kreditur untuk kredit pembelian bahan baku.

(h) Keterlambatan waktu dalam pembayaran upah dan biaya overhead.

(i) Dimasukkannya unsur laba pada debitur.

(j) Sifat produksi dan biaya overhead yang diperoleh sepanjang tahun.

Langkah 2:

Tentukan estimasi produksi rata-rata (minggu, dua minggu atau bulan dll.)

Langkah # 3:

Tentukan rata-rata biaya yang diharapkan (minggu, dua minggu, bulan, dll.) dari setiap elemen biaya yaitu. material, tenaga kerja dan biaya overhead.

Langkah # 4:

Tentukan periode blok bersih untuk setiap elemen biaya yaitu. material, tenaga kerja dan overhead. Misalnya, bahan baku mungkin ada di gudang selama 2 bulan, dalam proses 1 bulan, dalam kondisi barang jadi 2 bulan, di tangan debitur 4 bulan dan biasanya dibayar 1 bulan setelah pembelian kredit. Jadi periode blok bersih adalah (9 – 1) atau 8 bulan yaitu periode dimana dana untuk bahan baku akan tetap diblokir.

Langkah # 5:

Kalikan periode blok bersih dari setiap elemen biaya dengan biaya periodik rata-rata secara terpisah. Ini akan memberikan kebutuhan modal kerja untuk setiap elemen biaya. Misalnya, jika periode blok bersih bahan adalah 8 bulan dan biaya bahan baku bulanan adalah Rs. 10.000, maka modal kerja yang harus dipertahankan untuk bahan baku adalah (8 x Rs.10.000) atau Rs. 80.000. Dengan cara ini kebutuhan modal kerja untuk upah dan biaya overhead harus diketahui.

Langkah # 6:

Terakhir, tambahkan kebutuhan modal kerja item-bijaksana seperti yang ditemukan pada (5) untuk mendapatkan total kebutuhan modal kerja. Terkadang persyaratan modal kerja dapat ditentukan dari sudut pandang perusahaan perdagangan dan dari sudut pandang perusahaan manufaktur.

Dari sudut pandang perdagangan, prakiraan modal kerja dibuat dengan cara berikut:

 

Dari sudut pandang perusahaan manufaktur, prakiraan kebutuhan modal kerja disusun dalam bentuk matriks yang darinya dapat diketahui kebutuhan modal kerja untuk setiap item aktiva lancar serta untuk setiap elemen biaya.

Proforma prakiraan kebutuhan modal kerja diberikan di bawah ini untuk memperjelas gagasan bentuk matriks:

Catatan Kerja:

(i) Ketika upah dan biaya overhead tidak diperkenalkan pada awal proses produksi yaitu, upah dan biaya overhead bertambah secara merata selama periode pemrosesan, dapat diasumsikan bahwa, mereka diperkenalkan sepenuhnya selama separuh waktu proses. Tidak demikian halnya dengan bahan baku karena bahan yang sama umumnya diperkenalkan pada awal proses. Jadi dalam hal upah dan biaya overhead, waktu atau periode pekerjaan dalam proses akan menjadi setengah dari waktu normal yang dibutuhkan.

(ii) Jika ada uang tunai yang diperlukan untuk kontinjensi, hal yang sama tidak ditunjukkan dalam pernyataan di atas. Jumlah uang tunai yang dibutuhkan harus ditambahkan dengan total perkiraan kebutuhan modal kerja sesuai laporan.

(iii) Wesel bayar adalah bagian dari kreditur. Jadi tidak perlu dipertimbangkan secara terpisah.

(iv) Penyusutan adalah item biaya non tunai. Jumlah penyusutan harus dikurangkan dari jumlah total biaya overhead.

Resesi Hebat vs Depresi Hebat

Resesi Hebat vs Depresi Hebat

Perbedaan Antara Resesi Hebat dan Depresi Hebat Perbedaan utama antara Resesi Hebat dan Depresi Hebat adalah panjang dan dalamnya peristiwa. Depresi Hebat terjadi pada tahun 1929-1930, dipicu oleh jatuhnya indeks saham secara besar-besaran…

Read more