Ekonom memberikan klasifikasi fungsional persediaan sebagai berikut:

1. Persediaan antisipasi:

Ketika sebuah perusahaan mengantisipasi kenaikan harga, mungkin membeli dalam jumlah besar dan terus sama sampai harga naik.

Demikian pula, produk yang memiliki permintaan musiman (wol, payung, kipas, dll.) perlu diproduksi dan disimpan untuk mengantisipasi penjualan selama musim tersebut. Persediaan semacam ini disebut persediaan antisipasi.

2. Persediaan fluktuasi:

Permintaan berfluktuasi dari waktu ke waktu dan tidak mungkin untuk memprediksinya secara akurat. Perusahaan bisnis mempertahankan stok cadangan untuk memenuhi permintaan tak terduga dan dengan demikian untuk menghindari risiko kehilangan penjualan. Stok pengaman ini dikenal sebagai persediaan fluktuasi. Ada jeda waktu antara produksi dan penggunaan produk tertentu.

Barang-barang yang diproduksi dalam satu musim disimpan dalam stok untuk dijual dan digunakan sepanjang tahun. Kentang, gandum, beras, dll, adalah contoh komoditas tersebut. Ketika ketersediaan bahan mentah (Bahan bersifat musiman (misalnya kapas), stok curah dibeli untuk digunakan sepanjang tahun.

3. Persediaan ukuran lot:

Barang dibeli dalam jumlah besar untuk mendapatkan keuntungan diskon. Barang yang dibeli ditebar sampai dijual atau digunakan.

4. Persediaan transportasi:

Bahan mentah dan barang jadi dikirim dari satu tempat ke tempat lain. Sejumlah persediaan selalu dalam perjalanan. Semakin lama periode transportasi, semakin besar jumlah persediaan transportasi. Masalah manajemen persediaan (inventory problem) berkaitan dengan berapa banyak unit/kuantitas persediaan yang harus dibawa dalam persediaan. Masalah ini memerlukan keseimbangan antara risiko kehabisan stok dan biaya penyimpanan persediaan.

Kehabisan stok melibatkan biaya orang dan mesin yang menganggur, kehilangan pelanggan, dll. Persediaan yang terlalu tinggi melibatkan risiko kerugian karena perubahan permintaan, harga, gaya, teknologi, dll. Tujuannya di sini adalah untuk meminimalkan biaya penyimpanan persediaan tanpa mengambil “risiko yang tidak semestinya”. Keputusan persediaan merupakan keputusan strategis yang penting karena tingkat persediaan berfungsi sebagai pedoman perencanaan produksi. Kebijakan produksi dan penjualan terkait erat dengan kebijakan persediaan.

Terlalu banyak persediaan merupakan penyebab alarm karena dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Persediaan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan hilangnya penjualan. Merencanakan tingkat persediaan adalah salah satu bidang utama pengambilan keputusan bisnis. Kebijakan inventaris yang tercerahkan memiliki efek menguntungkan pada biaya produksi.

Ambil contoh sebuah perusahaan yang memproduksi payung. Musim dan permintaan payung adalah dari Juni hingga September (periode empat bulan).

Perusahaan memiliki dua alternatif

  1. Dapat memproduksi payung sepanjang tahun dan menjualnya selama periode empat bulan. Dalam hal ini harus mengeluarkan biaya untuk membawa stok bahan baku dan barang jadi.
  2. Alternatifnya, perusahaan hanya dapat berproduksi selama empat bulan dan menghindari biaya persediaan. Tetapi hal ini dapat mengakibatkan hilangnya penjualan dan produksi karena gangguan listrik, pemogokan, kerusakan mesin, dll.

Jika biaya menyimpan persediaan kurang dari kerugian ini, akan lebih baik untuk mengatur produksi sepanjang tahun dan mempertahankan persediaan.

Tingkat persediaan tergantung pada beberapa faktor:

  1. Tingkat perputaran persediaan, yaitu periode waktu persediaan menyelesaikan siklus produksi dan penjualan. Ketika tingkat perputaran tinggi, investasi dalam persediaan cenderung rendah.
  2. Produk tahan lama lebih rentan terhadap penyimpanan persediaan karena risiko mudah rusak dan usang lebih kecil. Barang yang mudah rusak dan fashion tidak ditebar dalam jumlah besar. Dengan demikian, jenis produk juga mempengaruhi tingkat persediaan.
  3. Dalam kondisi persaingan tidak sempurna, permintaan tidak pasti dan stok harus dimiliki jika perusahaan ingin memanfaatkan peluang penjualan yang menguntungkan. Tingkat persediaan yang optimal akan bergantung pada variabilitas penjualan dan hubungan biaya-pendapatan. Tingkat persediaan meningkat dengan meningkatnya perbedaan antara harga dan biaya marjinal. Dengan demikian, struktur pasar mempengaruhi tingkat persediaan.
  4. Ekonomi produksi berjalan juga menentukan tingkat persediaan. Mesin modern sangat mahal dan biaya mesin mati lemas cukup besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan bisnis ingin mempertahankan stok bahan baku yang cukup untuk memastikan produksi tidak terganggu.
  5. Ada biaya tertentu untuk membawa persediaan. Beberapa dari biaya ini (biaya penyimpanan, biaya pemasangan, biaya penggantian, biaya pemesanan, biaya pembusukan dan keusangan) dapat diukur secara langsung. Sebaliknya, biaya tertentu (biaya peluang modal, biaya yang disebabkan oleh perubahan tingkat harga, biaya kehilangan penjualan karena kekurangan stok) tidak dapat diukur. Semua biaya ini mempengaruhi tingkat persediaan.
  6. Posisi keuangan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat persediaan. Perusahaan yang sehat secara finansial dapat membeli bahan dalam jumlah besar dan menyimpannya untuk digunakan di masa mendatang. Perusahaan yang kekurangan dana tidak dapat mempertahankan saham besar.
  7. Kebijakan persediaan dan sikap manajemen juga mempengaruhi tingkat persediaan.
Revaluasi Aset

Revaluasi Aset

Revaluasi Aset adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap nilai tercatat aset tetap dengan menyesuaikannya ke atas atau ke bawah tergantung pada nilai pasar wajar aset tetap, yaitu penilaian kembali dapat mencerminkan baik apresiasi maupun…

Read more