Kuesioner terdiri dari berbagai jenis pertanyaan. Setiap jenis pertanyaan memiliki kelebihan, kekurangan, dan kesesuaian. Petugas riset pemasaran yang bijak dapat memilih jenis dan jumlah pertanyaan yang sesuai untuk merancang kuesioner yang bermakna.

Pertanyaan yang banyak digunakan telah dibahas di sini:

1. Pertanyaan Terbuka:

Pertanyaan ini dapat dijawab secara terbuka. Tidak ada alternatif yang disediakan. Ini adalah perangkat serbaguna untuk mengumpulkan data primer. Jenis pertanyaan ini terstruktur tetapi jawabannya tidak terstruktur. Itu tidak terbatas pada opsi tertentu yang dinyatakan pada akhir setiap pertanyaan. Responden memiliki kebebasan penuh untuk berimajinasi.

Misalnya: Menurut Anda, siapa yang bisa menjadi manajer pemasaran yang sukses? Responden dapat menjawab sesuai dengan pengetahuannya. Ini adalah contoh respon bebas.

Penggunaan probing juga populer dalam pertanyaan terbuka. Setelah satu atau beberapa pertanyaan tentang mata pelajaran tertentu, ujung terbuka tercapai. Kemudian pewawancara mulai menyelidiki untuk mendapatkan informasi yang lebih relevan atau hilang. Probing pada tahap yang tepat saat membalas dapat membantu memperkaya konten. Pertanyaan probe digunakan untuk memperoleh lebih banyak informasi. Mereka termasuk bagaimana, berapa banyak, ke / dari siapa, sampai sejauh mana, kapan, mengapa, di mana, siapa, hal lain, dll.

2. Pertanyaan tertutup:

Pertanyaan ini tertutup, artinya jawabannya berada dalam batas yang diberikan. Responden tidak diperbolehkan menebak di luar batas. Batas ditentukan dengan memberikan pilihan tertentu. Sebagai contoh: Manakah dari kualitas berikut yang menurut Anda harus dimiliki oleh seorang manajer pemasaran yang sukses? Responden harus memilih satu atau lebih kualitas yang relevan yang diberikan pada akhir pertanyaan.

3. Pertanyaan Langsung dan Tidak Langsung:

Pertanyaan langsung adalah pertanyaan yang dapat ditanyakan dan dijawab secara langsung. Pertanyaan membawa indikasi yang sangat jelas. Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan tepat dan mudah karena bebas dari ambiguitas. Tidak perlu membuat asumsi apapun. Misalnya: Mengapa Anda suka membeli Maruti Alto? Sedangkan pertanyaan tidak langsung diajukan secara tidak langsung untuk memungkinkan responden menebak dan memahami situasi secara berbeda sesuai karakteristik kepribadian.

Sebagian besar, pertanyaan seperti itu dapat ditanggapi secara berbeda oleh orang yang berbeda. Misalnya: Jika Anda ingin membeli mobil keluarga kecil yang lebih murah, irit bahan bakar, harga jual kembali tinggi, dan penjualan terbaik untuk keluarga kecil, mana yang paling cocok? Mengapa?

4. Jenis Skala Pertanyaan:

Pertanyaan jenis skala sangat populer dalam melakukan riset pemasaran. Responden diberikan berbagai kategori untuk mengungkapkan pendapat mereka. Ini adalah metode yang ampuh untuk mengubah respons kualitatif menjadi bentuk kuantitatif. Perhatikan bahwa responden harus mengungkapkan perasaan mereka dengan memilih hanya satu opsi.

Mereka digunakan untuk mengukur intensitas perasaan responden. Pertanyaan semacam itu digunakan untuk membuat penilaian komparatif tentang motivasi, sikap, atau perilaku mereka. Sebagian besar, skala lima poin dan skala tujuh poin lebih populer. Skala digunakan untuk mengukur tingkat atau derajat sikap atau pendapat yang disepakati.

Misalnya, skala lima poin mungkin 5, 4, 3, 2, dan 1. Misalnya, jika kita ingin mengukur kemungkinan membeli produk tertentu dalam situasi tertentu, kita dapat menggunakan kata-kata seperti tertinggi (5), lebih tinggi (4), tinggi (3), rendah (2) dan terendah (1). Terkadang poin positif dan negatif juga digunakan, seperti 2, 1, 0, -1, -2. Penggunaan kata-kata yang menunjukkan intensitas juga umum digunakan dalam mengukur respons responden.

Misalnya sangat setuju (2), setuju (1), biasa saja (0), tidak setuju (-1), sangat tidak setuju (-2). Bahkan, pada saat analisis data, skala tersebut beserta bobot dianggap mengukur intensitas opini. Dalam riset pemasaran, Skala Likert dan Skala Thurston sangat populer. Pertanyaan berbasis skala dapat ditanyakan dengan berbagai cara. Terkadang, skala bersama dengan poin digunakan; terkadang, kata-kata yang menunjukkan intensitas digunakan.

5. Pertanyaan Deskriptif:

Pertanyaan deskriptif dapat disertai dengan jawaban deskriptif. Setiap pertanyaan membutuhkan penjelasan rinci. Di akhir setiap pertanyaan deskriptif, ruang yang cukup telah diberikan untuk menuliskan jawabannya. Sebagian besar, pertanyaan terbuka dan ditanggapi bebas untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Misalnya: Mengapa sepeda motor TVS Victor menjadi sepeda paling sukses tahun ini? Responden dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menjelaskan keunggulan kompetitif atau keunggulan sepeda.

6. Pertanyaan singkat:

Pertanyaan singkat dapat dijawab hanya dengan menulis satu atau dua kata. Pertanyaan mungkin panjang tapi bisa dijawab dengan satu kata saja. Misalnya: Sebutkan minuman dingin yang paling Anda sukai?

7. Peringkat Pertanyaan:

Untuk mengukur prioritas di antara item yang terdaftar, pertanyaan peringkat digunakan. Para responden diminta untuk mengurutkan secara komparatif item-item yang terdaftar. Misalnya, jika seorang pemasar ingin mengukur prioritas alasan membeli produk, dia dapat bertanya: Tolong beri peringkat alasan berikut dari yang paling penting (1) hingga yang paling tidak penting (7) bagi Anda, untuk membeli sepeda motor. Tujuh alasan telah dicantumkan dan masing-masing alasan diberikan ruang kosong untuk memudahkan pemberian peringkat.

8. Daftar periksa:

Pertanyaan semacam itu melibatkan lebih banyak pilihan dan dapat dijawab dengan memilih satu atau lebih pilihan. Misalnya: Sepeda motor lebih disukai karena keuntungan berikut. Sepuluh manfaat telah terdaftar. Responden dapat mencentang satu atau lebih manfaat yang menurut mereka sesuai.

9. Pertanyaan Multikotomi atau Pertanyaan Pilihan Ganda:

Jenis pertanyaan seperti itu melibatkan lebih banyak pilihan, mungkin lima atau lebih. Dan responden diminta untuk memilih salah satu dengan tanda centang. Mereka tidak diharuskan untuk menulis kata apapun. Misalnya: Dari lima sepeda motor berikut, mana yang paling pas untuk mahasiswa? Perhatikan contoh kedua: Untuk penggunaan pribadi, manakah dari instrumen ponsel berikut yang Anda gunakan?

10. Pertanyaan Dikotomis:

Ini melibatkan tiga pilihan seperti ‘ya’, ‘tidak’, dan ‘tidak peduli’. Responden diminta untuk memilih salah satu dengan mencentang atau menjawab secara lisan. Misalnya: Apakah Anda menggunakan sepeda motor? Anda hanya memiliki satu pilihan untuk memilih, misalnya, ‘ya’, ‘tidak’, ‘ketidakpedulian’. Namun, dalam banyak kasus ‘ketidakpedulian’ tidak digunakan untuk memaksa responden menjawab ‘YA’ atau ‘TIDAK.’

11. Teknik Proyektif:

Teknik proyektif adalah teknik khusus untuk mengukur motif, keinginan, emosi, dan dorongan responden. Psikolog telah menyadari bahwa pertanyaan langsung memiliki sedikit nilai untuk mengumpulkan informasi tentang keinginan, motif atau sikap. Teknik seperti itu biasanya digunakan ketika responden tidak mampu atau tidak mau menjawab pertanyaan langsung.

Penggunaan teknik ini menghindari jawaban stereotip. Mereka adalah teknik yang tidak terstruktur dan terselubung. Di sini, objek stimulus ambigu yang relatif nonpersonal seperti kata, gambar, atau pernyataan diberikan untuk merespons objek stimulus dengan menggambarkannya. Saat menggambarkan situasi, secara otomatis keinginan, motif, atau sikap tercermin.

Tanggapan ditafsirkan sesuai dengan kerangka psikologis yang telah ditentukan. Diasumsikan bahwa responden akan memproyeksikan/menebak motif, kepribadian, dan keyakinan mereka yang sebenarnya tanpa mengetahui bahwa mereka mengungkapkan fakta tentang diri mereka sendiri.

Beberapa teknik proyektif populer telah dibahas secara singkat di sini:

sebuah. Tes Asosiasi Kata atau Mencocokkan Kata:

Teknik ini dikembangkan oleh Wilhelm, bapak psikologi eksperimental, pada tahun 1880-an. Sebagai contoh: Tolong beri tahu nama merek populer untuk masing-masing dari lima produk berikut. Hanya nama produk yang diberikan/ditanyakan, responden dapat menjawab dengan kata pertama yang muncul di benak mereka.

Terkadang, produk dan merek diberikan dalam bentuk yang tidak cocok untuk dicocokkan dan disiapkan pasangannya. Ini dapat digunakan untuk mempelajari nama dagang, nama merek, slogan promosi, atau nilai retensi pesan. Ini dapat diberikan baik secara lisan atau dalam bentuk tertulis.

  1. Tes Kelengkapan Kalimat:

Ini dikembangkan oleh Payne pada tahun 1930-an untuk mengatasi kekurangan tes asosiasi kata. Alih-alih kata, bagian pertama kalimat diberikan untuk melengkapinya. Di sini, responden diberikan kalimat yang tidak lengkap atau setengah jadi dan diminta untuk melengkapinya dengan cara yang mereka sukai.

Responden dapat menjawab sesuai dengan perasaan, sikap, pengalaman, atau pengetahuannya. Misalnya: Anda tidak suka bepergian dengan pesawat karena……………… Contoh lain: Anda lebih suka sepeda motor daripada skuter karena………… Di akhir setiap kalimat yang tidak lengkap, diberikan ruang yang cukup. Ini juga dapat diberikan secara oral.

  1. Tes Kelengkapan Gambar:

Di sini, gambar atau sketsa yang tidak lengkap diberikan dan responden diminta untuk melengkapi atau menafsirkannya. Misalnya: gambar yang tidak lengkap yang digunakan dalam iklan diberikan untuk melengkapinya atau gambar ditampilkan untuk menafsirkannya.

  1. Tes Bercerita/Penyelesaian:

Responden diberi tahu sebagian cerita – cukup untuk memusatkan perhatian pada isu tertentu – untuk melengkapinya atau diberi petunjuk atau situasi untuk menceritakan sebuah cerita tentang apa yang sedang terjadi dan mengapa. Dari cerita yang dibahas, seorang peneliti mungkin dapat menarik kesimpulan.

  1. Tes Gambar:

Dalam uji bergambar gambar, gambar berpasangan, simbol, kartun, dll., digunakan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran responden. Dalam teknik ini, responden diperlihatkan gambar, gambar berpasangan, simbol, atau kartun untuk membayangkan apa yang disiratkannya.

Gambar yang tidak serasi atau janggal ditampilkan untuk mengetahui mana yang tidak sesuai atau tidak sesuai. Bintang film atau pemain kriket ditampilkan dengan produk tertentu. Hal ini untuk mengetahui apakah responden memiliki pengetahuan tentang produk, merek, atau perusahaan.

<em>Biaya Tidak Langsung

Biaya Tidak Langsung

Pengertian Biaya Tidak Langsung Pengeluaran Tidak Langsung adalah pengeluaran yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke aktivitas apa pun karena dikeluarkan sepenuhnya saat menjalankan bisnis atau sebagai bagian dari bisnis, contohnya meliputi izin…

Read more