Beberapa teori upah yang paling penting adalah sebagai berikut: 1. Teori Dana Upah 2. Teori Subsistensi 3. Teori Nilai Surplus Upah 4. Teori Tuntutan Residual 5. Teori Produktivitas Marjinal 6. Teori Tawar-Menawar Upah 7. Teori Perilaku Upah.

Berapa banyak dan atas dasar apa upah harus dibayarkan kepada pekerja atas jasa yang mereka berikan telah menjadi perhatian dan perdebatan besar di antara para pemikir ekonomi sejak lama. Hal ini melahirkan beberapa teori upah, yaitu bagaimana upah ditentukan. Dari mereka, beberapa teori penting tentang upah dibahas di sini.

1. Teori Dana Upah:

Teori ini dikembangkan oleh Adam Smith (1723-1790). Teorinya didasarkan pada asumsi dasar bahwa pekerja dibayar dengan upah dari dana kekayaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dana ini, sebutnya, dana upah yang tercipta dari hasil tabungan. Menurut Adam Smith, permintaan tenaga kerja dan tingkat upah bergantung pada besarnya dana upah. Dengan demikian, jika dana upah besar, upah akan tinggi dan sebaliknya.

2. Teori Subsistensi:

Teori ini dikemukakan oleh David Recardo (1772-1823). Menurut teori ini, “Para buruh dibayar untuk memungkinkan mereka bertahan hidup dan melanggengkan ras tanpa pertambahan atau pengurangan†. Pembayaran ini juga disebut sebagai ‘upah subsisten’. Asumsi dasar dari teori ini adalah jika pekerja diberi upah lebih dari tingkat subsisten, maka jumlah pekerja akan bertambah dan akibatnya upah akan turun ke tingkat subsisten.

Sebaliknya, jika pekerja dibayar kurang dari ­upah subsisten, jumlah pekerja akan berkurang akibat kelaparan; malnutrisi, penyakit dll. dan banyak yang tidak mau menikah. Kemudian, tingkat upah akan kembali naik ke tingkat subsisten. Karena tingkat upah cenderung pada tingkat subsisten di semua kasus, maka teori ini juga dikenal sebagai ‘Hukum Besi Upah’. Upah subsisten mengacu pada upah minimum.

3. Teori Nilai Lebih dari Upah:

Teori ini dikembangkan oleh Karl Marx (1849-1883). Teori ini didasarkan pada asumsi dasar ­bahwa seperti barang lainnya, tenaga kerja juga merupakan barang yang dapat dibeli dengan membayar harganya, yaitu upah. Pembayaran ini, menurut Karl Marx, berada pada tingkat subsisten yang kurang sebanding dengan waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk memproduksi barang. Kelebihannya, menurut dia, menjadi milik pemilik. Karl Marx terkenal karena advokasinya yang mendukung buruh.

4. Teori Pengadu Residual:

Teori ini dikembangkan oleh Francis A. Walker (1840-1897). Menurut Walker, ada empat faktor produksi atau kegiatan usaha, yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Dia memandang bahwa setelah ketiga faktor lainnya diberi imbalan, yang tersisa dibayarkan sebagai upah kepada pekerja. Jadi, menurut teori ini, pekerja adalah penggugat residual.

5. Teori Produktivitas Marjinal:

Teori ini dikemukakan oleh Phillips Henry Wick-steed (Inggris) dan John Bates Clark dari USA Menurut teori ini, upah ditentukan berdasarkan produksi yang disumbangkan oleh pekerja terakhir, yaitu pekerja marjinal. Produksinya disebut ‘produksi marjinal’.

6. Teori Tawar-Menawar Upah:

John Davidson adalah penggagas teori ini. Menurut teori ini, penetapan upah bergantung pada daya tawar pekerja/serikat buruh dan pengusaha. Jika pekerja lebih kuat dalam proses tawar-menawar, maka upah cenderung tinggi. Dalam hal pemberi kerja lebih berperan, maka upah cenderung rendah.

7. Teori Perilaku Upah:

Berdasarkan studi penelitian dan program aksi yang dilakukan, beberapa ilmuwan perilaku juga mengembangkan teori upah. Teori mereka didasarkan pada unsur-unsur seperti penerimaan karyawan terhadap tingkat upah, struktur upah internal yang lazim, pertimbangan karyawan tentang uang atau ‘upah dan gaji sebagai motivator.

Rasio Cakupan

Rasio Cakupan

Apa itu Rasio Cakupan? Rasio cakupan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, termasuk hutang, pembayaran sewa, dan dividen, selama periode waktu tertentu. Rasio cakupan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa bisnis berada dalam…

Read more